Kenal Dengan Buku

Eleanor
4 min readJan 3, 2024

--

Photo by Daria Nepriakhina 🇺🇦 on Unsplash

Sedari kecil aku mulai dikenalkan dengan buku. Aku menyukai dunia hewan. Orang tuaku terkadang membelikan kesukaanku itu dalam bentuk VCD ataupun buku. Setiap hari aku sering menontonnya di TV rumah atau sekedar hanya membuka buku tadi. Waktu itu, memang aku belum yang bener-bener suka buat baca. Cuman melihat gambar-gambar di dalamnya yang menurutku itu sangat menarik. Aku masih ingat salah satu buku tentang hewan yang aku suka berjudul “Hewan-hewan Menakjubkan” dari penerbit Erlangga. Meskipun tergolong tipis dan gak terlalu banyak gambar.

Mulai dari hewan-hewan itulah aku mulai mencoba mengeksplor yang lain, salah satunya dinosaurus. Waktu kecil, aku penggemar berat dinosaurus. Sampai-sampai berharap bisa menemukan fosilnya suatu saat nanti. Menghafal nama dinosaurus mengasyikan bagiku. Apalagi di TV sering juga tayang kartun dinosaurus, tambah makin suka. Lagi-lagi aku dibelikan buku dan pastinya tentang dinosaurus. Di dalamnya membahas banyak hal mulai dari periodenya, jenis-jenisnya, sampai penyebab kepunahannya. Ya, meskipun aku sendiri gak terlalu peduli dengan tulisannya, lebih takjub dengan gambarnya. Dari situlah awal mula aku suka dengan buku, tapi bukan dalam taraf sampai nge-hype.

Ketika liburan sekolah, aku sering diajak pergi bersama Bapak. Kita gak pergi ke tempat wisata yang jauh-jauh. Biasanya malah mengunjungi toko buku atau bazar. Dulu kotaku sering mengadakannya, entah itu bazar ataupun pameran. Semuanya diobral di situ. Buku-buku murah berjejer rapi. Saat mengunjunginya, terkadang ada yang membuatku tertarik untuk membeli, meskipun belum tentu juga aku baca. Namanya juga anak kecil, kadang kurang lengkap kalau mengunjungi bazar tapi gak beli sesuatu. Biasanya aku meminta dibelikan satu buku, gak yang muluk-muluk juga yang penting aku jadi beli.

Kalau diingat-ingat buku yang aku beli waktu itu cukup konyol. Biasanya aku paling suka buku tebak-tebakan, karena memang pada zaman itu tebak-tebakan masih populer. Aku membaca semuanya dan menghafalkannya. Dan akhirnya, tebak-tebakan menjadi hal yang mudah buatku waktu itu, karena banyak yang sudah aku hafalkan. Dari yang buku remeh-remeh, aku mulai mencoba buku pengetahuan. Buku yang biasanya gak cuman berisi gambar aja tapi lebih banyak teksnya. Jujur dari situ pengetahuanku mulai meningkat. Aku merasakan ada perkembangan dalam diriku. Waktu SD, kami disuruh menghafal nama-nama penemu populer dunia. Berkat membaca itu tadi, aku sudah menghafal nama mereka lebih dulu beserta penemuan mereka, ibarat kayak curi start. Dari situ aku mulai tertarik dan lebih mendalami lagi.

Aku mulai membeli buku seperti RPUL, RPAL, dan ensiklopedia. Waktu itu memang baru rame-ramenya. Ya meski buat ensiklopedia cukup mahal harganya. Kebiasaan ini akhirnya aku bawa sampai memasuki usia remaja. Aku terus mencoba membaca hal-hal baru dan mencoba untuk pindah ke novel. Seperti biasa, aku membelinya di Gramedia. Aku mencari novel yang menurutku menarik untuk dibaca. Mengingat buku yang aku beli tersebut nantinya hanya berisi teks saja. Novel pertamaku dari seri Fantasteen. Biasanya novel ini berisi beberapa kumpulan cerpen horror. meskipun sekedar baccan, tapi udah bikin aku ketakutan. Aku punya ketakutan tersendiri waktu membacanya, apalagi di bagian bab akhirnya. Kalau dipikir-pikir ngapain juga harus takut, cuman padahalkan cuman bacaan doang.

Aku jadi sering tertarik membaca novel mulai saat itu. Untuk novel, aku lebih sering meminjam pada temanku dan saudaraku. Kebetulan mereka punya beberapa novel yang nganggur dan gak dibaca. Asyik memang bisa menyelesaikan beberapa buku. Waktu itu, sebenarnya aku gak terlalu intens untuk membaca buku. Dan aku sendiri sudah jarang dibelikan buku, mungkin karena sudah besar juga. Biasanya aku menabung jika ingin membeli sesuatu yang aku inginkan. Saat itu juga, aku punya kebiasaan baru untuk mengoleksi buku. Aku punya keinginan tersendiri untuk punya perpustakaan mini di rumah. Aku berharap, dari buku-buku yang aku punya itu nantinya dapat bermanfaat bagi yang lain. Dari situlah aku mengenal dengan yang namanya buku.

Menurutku saat ini buku seperti dipandang sebelah mata. Banyak orang yang bisa dikatakan malas untuk mencari informasi dari buku itu sendiri. Apalagi di zaman sekarang informasi didapatkan lebih canggih, bisa langsung ke inti permasalahan. Inilah yang menurutku penyebab turunnya angka literasi. Meskipun zaman sudah modern seperti saat ini, menurutku kita harus tetap untuk membaca. Apapun sumbernya, koran, buku, web, atau apapun yang sekiranya bermanfaat dan bisa menambah wawasan. Kadang aku sendiri merasa prihatin dengan generasi sekarang yang mungkin kurang dalam wawasannya. Mereka bingung dengan istilah atau kosa kata tertentu padahal bukan kata yang terlalu asing untuk didengar.

Contoh sederhananya aku pernah mengajak saudaku yang umurnya di bawahku untuk main ABC 5 Dasar. Permainan sederhana tapi cukup mengasah otak. Waktu itu kita main tentang nama-nama daerah di Indonesia. Dan dapat dilihat, mereka ini agak kesulitan untuk menyebutkan nama-nama daerah sesuai dengan undian huruf yang didapat. Aku tidak tau hal tersebut karena faktor apa. Aku sendiri pun juga sebenernya tidak hafal semua. Aku tahu nama-nama tersebut dari buku yang aku pelajari selama sekolah dulu. Ya, paling tidak aku hafal beberapa. Atau mungkin pengaruh kurikulum sekarang yang tidak terlalu menekankan siswa untuk menghafal nama-nama daerah tersebut? Ya aku sendiri juga tidak menyuruh untuk menghafalkan semuanya, tapi dari yang aku lihat mereka ini dalam tanda kutip masih banyak kurang untuk wawasannya. Aku berharap, semoga untuk ke depannya angka literasi bisa semakin naik. Ya begitulah intinya, aku bersyukur sejak kecil bisa dikenalkan dengan buku. Dengan buku, aku memulai banyak cerita dan tulisan. Begitulah ceritaku, perkenalanku dengan buku.

--

--

Eleanor

Penulis amatiran yang bingung menuangkan pikiran dalam kata-kata. Menulis apapun yang ada dipikiran, tanpa adanya sebuah batasan.