Generasi Sekarang Mengalami Penurunan?

Eleanor
3 min readMar 20, 2024

--

Entah kalian sadari atau tidak, aku merasakan hal itu sekarang. Di zaman sekarang ini yang senua serba ada, serba canggih, justru beberapa manusia malah mengalami penurunan bukan perkembangan. Ini aku lihat dari kacamataku terhadap generasi di bawahku. Bisa dilihat bahwa akhir-akhir ini menurutku banyak terjadi penurunan. Seperti misalnya banyak konten-konten tidak jelas yang justru mudah viral daripada konten edukasi, berita hoax seakan-akan bersumber dari sumber yang paling valid, dan masih banyak lagi. Pernah juga ketika aku melakukan perjalanan dari Solo — Jogja di hari Minggu, aku melihat puluhan atau mungkin ratusan jika aku jumlah semuanya, anak-anak yang beramai-ramai dipinggir jalan untuk sekedar mengambil video bus lewat. Kayak aku tuh mikir “Kalian tuh ngapain sih? Gabut banget nungguin gituan. Toh sopirnya juga cuek”. Bahkan juga ada beberapa kejadian kecelakaan yang sampai merenggut korban jiwa hanya karena hal tersebut. Ya mungkin sebagian orang bilang itu sekedar hobi. Tapi memang apakah tidak ada opsi lain?

Selain itu juga maraknya anak yang sejak dini sudah diberi handphone oleh orang tua mereka. Mereka pikir, dengan memberikan handphone anaknya bisa tenang, gak rewel. Tapi gak gitu juga caranya. Dari yang aku lihat disekitarku semuanya begitu. Anak umur 2 tahun, makan sambil nonton YouTube. Sebagian orang juga bilang, gak masalahkan? Kan lihatnya juga konten anak-anak. Tapi kenyataannya malah merambat ke konten lain-lain yang di mana konten itu membuat anak malah ketagihan. Rewel dikit, minta handphone. Orang tua denga mudahnya memberikan, yang penting anaknya tenang. Apakah tidak ada cara yang lain?

Ada lagi kejadian sekitar rumahku sendiri, anak-anak mulai kecanduan dengan game. Aku sendiri memang juga suka dengan game. Tapi entahlah, aku masih bersyukur tidak seburuk sekarang. Sekarang, hanya dari game bisa timbul permusuhan antar teman, saling bully, dan lain-lain. Misalkan salah seorang levelnya di game tersebut masih rendah, dibully habis-habisan oleh temannya. Game yang niat awalnya untuk bisa menghibur, malah bikin perpecahan. Yang aku lihat juga sekarang kebanyakan mulai toxic. Baik itu konten-konten setiap player maupun di dalam game nya sendiri. Mereka tidak mempedulikan bahwa yang bermain tidak hanya orang dewasa tetapi bahkan anak-anak juga memainkannya. Mau tidak mau, anak-anak mulai ikutan toxic. Kalah sekali langsung toxic marah-marah. Menurutku anak-anak juga cenderung jadi mudah emosian. Yups, memang kembali lagi ke peran orang tua. Orang tua bebas memilih kok anaknya jadi seperti apa. Herannya, setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi ini dan itu sedangkan mereka tidak memberikan arahan atau pelajaran yang benar, salah satunya dengan itu tadi.

Misalkan hanya dengan diberi handphone saja, anak-anak menjadi kecanduannya luar biasa. Belom nanti dari faktor lain. Miris sekali menurutku. Jadi mungkin memang orang tua sendiri harus lebih tegas demi kesuksesan anaknya nanti. Entahlah, dari yang aku lihat, cara pendidikan zaman dahulu yang mungkin terkesan tegas menurutku malah dapat menghasilkan generasi yang benar-benar serius. Beda dengan sekarang yang semua serba ada malah mereka seenaknya sendiri. Ya, buat kita yang nantinya di masa depan nanti menjadi orang tua, terserah kalian ingin mempunyai anak seperti apa, apa yang kita tabur, itulah yang nantinya kita tuai. Jadi tolong, perhatikan baik-baik. Jangan sampai kejadian yang sudah terjadi sekarang ini bakal berlanjut sampai ke depannya nanti atau bahkan lebih parah. Terserah bagaimana pun cara kalian, selagi itu baik silahkan.

--

--

Eleanor

Penulis amatiran yang bingung menuangkan pikiran dalam kata-kata. Menulis apapun yang ada dipikiran, tanpa adanya sebuah batasan.